Ada yang bilang bahwa tes STIFIn itu mahal. Untuk sekali tes STIFIn per orang tahun 2020 biayanya antara Rp. 500.000 sampai dengan jutaan. Beberapa promotor STIFIn biasanya menetapkan biaya sedikit lebih tinggi untuk tes STIFIn karena ditambah dengan layanan personal lainnya. Kita akan lihat apakah biaya tes STIFIn sebanding atau tidak dengan manfaatnya.
Saya punya pengalaman yang terkait dengan biaya STIFIn dan manfaatnya. Anak saya yang waktu itu masih kelas 4 SD pulang sekolah cerita bahwa dia menang juara ke-2 lomba catur pada kegiatan PORAK (perlombaan olah raga antar kelas) di sekolahnya. Dia hanya kalah dari kakak kelasnya yang kelas enam. Wajarlah, anak kelas 4 kalah dari anak kelas 6. Saya sebagai orang tua, merasa mungkin saja anak saya berbakat pada kegiatan catur. Bermain catur adalah kegiatan yang memiliki kelebihan yaitu berpikir strategis.
Saya kemudian berpikir untuk mengasah kemampuannya untuk dalam hal catur dengan mencarikan kursus/les catur. Tempatnya dapat dan anaknya sendiri mau ikut kursus catur. Biaya kursusnya waktu itu relatif terjangkau, di bawah Rp. 200.000 per bulan, seminggu sekali. Jadilah saya tiap hari Sabtu siang mengantar anak saya kursus catur.
Setelah empat bulan ikut les catur, saya perhatikan anak saya tidak memiliki perkembangan yang berarti. Tiap saya coba main catur dengan anak saya, langkahnya begitu-begitu saja seperti anak yang baru belajar main catur. Di tempat lesnya, kadang pelatihnya mencoba menyuruh anak saya bertanding dengan temannya. Sayangnya setiap kali melawan temannya, anak saya kalah terus dan biasanya menangis. Saya merasa ada yang kurang benar dengan anak saya ikut kursus catur.
Kemudian saya baru ingat bahwa anak saya ini hasil tes STIFIn-nya adalah Feeling introvert. Feeling yang dominan otak kanan bgian bawah termasuk golongan “malas mikir”, punya kelebihan dalam memahami perasaan orang lain. Sudah jelas bahwa anak Feeling kurang pas kalau ikutan kursus catur yang membutuhkan kegiatan berpikir mendalam. Akhirnya saya putuskan anak saya tidak lagi ikut kursus catur.
Seandainya dari awal saya menggunakan STIFIn, tentunya saya tidak akan mengkursuskan anak saya catur. Sudah keluar biaya Rp 200.000 per bulan selama empat bulan, membuang waktu dan tenaga untuk mengantar anak saya ke tempat kursusnya. Inilah yang dinamakan stupid cost (biaya kebodohan), biaya yang dikeluarkan karena kita hanya mencoba-coba. Belum tahu ke mana arah yang harus ditempuh. Ini hanya les catur yang dijalani selama kurang lebih empat bulan. Bagaimana kalau ternyata salah jurusan kuliah selama bertahun-tahun? Bagaimana kalau pekerjaan yang kita lakukan selama ini ternyata tidak sesuai dengan genetik kita?
Setelah mengenal STIFIn lebih mendalam, akhirnya saya lebih punya “kompas” untuk mengarahkan anak-anak saya. Anak saya yang Feeling kini saya kursuskan musik (gitar) dan anak saya yang Sensing lebih saya arahkan ke kursus bahasa yang memang sesuai dengan kelebihannya.
Bagaimana, masih merasa tes STIFIn mahal?